Tanpa perlu lubrikasi sintetis, cukup dengan penjiwaan, pikiran anda akan dipimpin dengan khusuk, berepresentasi ria tentang Indonesia, saat menonton dan mendengar lagu yang dimainkan pendekar stratocaster ini. Gak terlalu ribet, cuma menambah sedikit penyedap rasa blues rock, dengan penjiwaan, tangan yang pintar mengobel, racikan efek yang pas, menjadi sebuah sinergi yang baik, seperti atom yang pecah.
Ketika saya mendengar lagu Indonesia Raya blues rock version ini, saya berbicara dengan beberapa orang, menanyakan tentang apa pendapat mereka? Hal yang paling utama mereka katakan bahwa, apa boleh lagu Indonesia Raya di mainkan seperti ini, bukannya itu melanggar undang2 yang ada tentang menjelakan lagu kebangsaan. Menurut pribadi saya sih tidak. Ada masalah apa dengan gubahan lagunya? Terlepas dari sahnya atau tidak, malah menurut saya biarkan versi ini ada walaupun unofficial, sepertinya malah bisa menggambarkan keadaan Indonesia saat ini dengan lebih tepat. Dalam hal, ketika mendengarkannya, bukan saja saya bangga terhadap tanah air ini (Indonesia), tapi juga bagaimana saya merasa tertampar oleh sindiran satir dari nada2 blues yang di improfisasikan kedalamnya.
Apa yang membuat mencuatnya berbagai macam gambar tentang Indonesia ketika saya mendengarkan versi ini? Pertama sadarnya saya bahwa arus global, secara tidak langsung itu masuk dalam kehidupan berbangsa, kita tidak dapat mengekang arus budaya luar yang masuk, kita hanya dapat memilah2nya saja, atau kita karantina sesuai dengan filter kita masing2, asalkan tetap berada dalam koridor Bhineka Tunggal Ika, tidak diluar dari itu. Maksud saya dalam hal ini, ketika blues itu ditambahkan didalamnya, serta ornamen ala texas yang dikenakan broer Rama... emang blues itu musik yang berasal dari Indonesia? Kedua siraman nada2 ganjil blues yang bercampur dengan nada2 asli dari Indonesia raya, membuat saya berpikir tentang korupsi bangsa, kaum minoritas yang tertindas, degradasi moral bangsa karena tanpa hikmat mengambil budaya luar, budaya bangsa yang semakin hilang, buruh yang tidak dihargai, demokrasi yang kebablasan, pembodohan masyarakat yang disengaja, dll. Secara sadar memang itu semua pikiran negatif, tapi memang itulah yg terjadi di bangsa ini, dan broer Rama berhasil memancing pikiran itu keluar dari kepala saya. Ketiga saya kagum dengan teknis pengambilan gambar, cutting editing-nya, dan cahaya panggung yang membantu si pendekar Stratocaster dan lagu yang dimainkannya, mengeluarkan roh dari lagu tersebut.
Kemudian saya kembali berpikir dan menyadari, dulu waktu saya kecil, di bangku SD, SMP, dan SMA, lagu ini sering saya nyanyikan dalam upacara2 disekolah, yang hampir dilaksanakan setiap hari senin, tapi itu dilakukan secara rutinitas dan seremonial saja, tidak dengan sungguh2 saya menyanyikannya, seperti seseorang yang beragama, yg menjalani agamanya hanya karena keturunan, tapi tidak menjalankannya dengan benar sesuai dengan perintah Tuhan yang diajarkan didalamnya karena dia bertumbuh didalamNya. Semenjak saya mendengar lagu Indonesia Raya blues rock version ini, membuat saya terbangun dan sadar, dan bertanya apa yg sudah saya lakukan kepada bangsa ini dalam hal yang positif?
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsa ku, rakyatku, semuanya...
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badanya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka, merdeka
Tanah ku, negri ku, yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
jangan-jangan lagu kebangsaan Indonesia ini 20 tahun mendatang sudah tidak ada lagi, hanya menjadi sejarah, atau hanya menjadi sebuah nyanyian yang tak berisi? Semoga burung garuda itu tidak terbang dan semoga makin banyak orang yang dapat berkarya melalui talentanya masing2 untuk negri ini, seperti pemuda campuran ini, Rama Satria, yang menurut saya menyadarkan bangsa Indonesia dengan kritik2nya yang pedas yang dapat di rasa melalui lantunan Indonesia Raya blues rock version-nya!
Dan lagi2 kembali Rama menegaskan, seperti para pendahulu2nya yg menjadi inspirasinya juga, bahwa blues itu lebih dari sekedar kulit, tapi lebih kepada konten. Maksimal!!! Bravo!!!