Kamis, 14 Oktober 2010

Jimi blues dan segelintir komat kamit

Analoginya : Jimi Hendrix tuh rasanya bukan seperti ketika anda menegak milk shake coklat atau juice guava, yang benar itu seperti anda minum Scotch Whisk atau Bourbon" atau yang lebih parah lagi nyuntik putaw or heroin, pertama kali pasti gak enak tapi lama-lama jadi addict (terkadang posisinya lebih menjadi candu dibanding blues itu sendiri).
Bagi gue jimi Hendrix itu seperti "Jazz", seperti halnya lukisan Impresionis dan "bues", seperti halnya lukisan ekspresionis. berbeda tapi masih dalam satu kerangka dan satu tujuan. Jazz itu seperti tindakan defensif dan blues itu seperti tindakan ofensif.

Seorang Miles Davis boleh dibilang sebagai salah satu dari sekian banyak dewa jazz, ya dia adalah dewa besar jazz yang ada di dunia dan dia itu nge-fans berat dengan Jimi Hendrix. Miles Davis berusaha untuk mendapatkan nuansa seperti halnya Hendrix didalam permainan Trumpet-nya (baca : wah or cry baby ). Mungkin disini kita harus mendengar dulu sebuah lagu dari Hendrix yg sangat populer yaitu voodoo chile, dimana Hendrix memainkan wahnya dengan jiwa, bukan hanya teknik.

Sebuah lukisan karya Picasso kalo dinilai sama yang sama sekali gak ngerti, atau orang yang tidak berjiwa seni akan dibilang jeleknya gak ketulungan, intinya berarti harus ada penjiwaan dan pendalaman makna dari apa yg dilihat atau dirasakan, dgn kata lain ikut masuk kedalam.

Tapi ini biasa, karena seni itu bicara secara pribadi dan sama sekali gak hubungannya dengan tehnik main atau sound.
Coba dengerin muddy waters dan Robert Johnson, main nya gak keruan dan sound-nya kayak bunyi kaleng rombeng, sember gila, tapi bagi yang mendalami, macam Jimi Hendrix atau Eric Clapton, maka mereka adalah semacam dewa.

dalam hal mendengar karya-karyanya Jimi Hendrix, gue gak bosen-bosen dan setiap kali gue dapat pelajaran baru, seperti halnya melihat lukisan salvador dali setiap hari gue mampu melihat detil2 yang kemarin gak kelihatan dan akhirnya tau apa maksudnya.

Banyak gitaris yang hebat-hebat seperti Satriani, Petrucci, Paul Gilbert, Vai, dllnya, tapi menurut gue (walaupun skill gue jauh banget dari mereka, dan emang sepertinya gak mampu guenya... hehehe) mereka terlalu hambar, tidak ada kedalaman dalam bermain gitarnya, kayak robot, alhasil agak sedikit bored sih.
Begitu juga dengan gitar berujung runcing yang mereka pakai, gak nyeni kayak gitar buatannya om leo dan om paul. (ini bukan berbicara masalah pro atau kontra, bagus atau tidak).

Well, selalu akan ada penggemar New Porche, BMW seri 5 atau truck, cadillac sedan, Vintage Muscle Car kaya' Mustang.
Cuman satu pertanyaan, mana yang lebih anda suka : Jeans Guess yang gress glossy entah itu orisnil atau bukan atau barang 2nd pasar senen yang kebanyakan telah terlihat buluk?

ini bukan masalah musik lain selain blues adalah sampah, ini cuma berbicara masalah orisinalitas dari perkembangan musik modern... hampir semua musik, pasti ada blues notenya... dan kebetulan gue emang pecinta blues

ini adalah kalimat hasil dari renungan saya sendiri "kita sama-sama pemusik, tapi yang membedakan adalah, saya adalah seorang seniman yang mencoba bermusik dan anda hanyalah seorang player yang suka bermusik". Anda harus mendengarkan blues (jazz juga) untuk melangkah dalam bermain musik modern yang lainnya, atau memainkan blues (jazz) itu sendiri.

Tapi saya tidak ingin menjual jiwa saya kepada Iblis, seperti issue atau rumor para musisi blues dunia... walaupun awal mula penciptaannya berdasarkan keadaan yang kritis, penuh pemberontakan, namun saya tau blues note itu hasil kreatif dari Tuhan yang diberikan kepada manusia, hanya liriknya yang tinggal ditentukan mau kemana arahnya.

Jimi Hendrix is waaayyyy beyond...miles ahead...

Tidak ada komentar: